Kisahperjumpaan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Khidir dikisahkan dalam Naskah Mertasinga tepatnya pada pupuh IV.18-V .12, pertemuan keduanya terjadi selepas Di kalangan para ulama khususnya ahli tarekat, terdapat kepercayaan bahwa Nabi Khidir masih hidup, dan akan terus hidup sampai kiamat datang. Nabi ini dinamakan Khidir yang berarti hijau karena kedatangannya selalu membawa kehijauan di sekitarnya, rumput yang awalnya kering akan menjadi hijau subur jika didatangi Nabi Khidir. Cerita tentang Nabi Khidir memang terdapat dalam Al-Qur’an Al-Kahfi ayat 65-82. Yakni bagaimana kisah Nabi Khidir yang mengajarkan ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa. Namun, asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan. Selain Khidir, ada tiga nabi lain yaitu Idris, Ilyas dan Isa, yang diyakini sebagai sosok yang tetap hidup atau abadi. Dalam khazanah Islam orang-orang yang dikisahkan pernah berjumpa Nabi Khidir adalah Rasulullah SAW, para sahabat seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan, Ibrahim At-Taimi, Umar bin Abdul Aziz, Ibrahim Al-Khawas, Bisyir Al-Hafi,Abdul Hakim At-Turmudzi, Abdul Malik Ath-Thabari, Abu Bakar Al-Kattani, Abu Abbas Al-Qashhab, Syekh Abdul Qadir Jailani, An-Nuri, Muhammad Suyah An-Naqshabandi, Abul Hasan Asy-Syadzali, Abu Su’ud bin Syibli, Abu Abdillah Al-Quraisyi, Muhyiddin Ibnu Arabi, dan Abul Abbas Al-Arabi. Jejak Nabi Khidir di Nusantara terdapat dalam sejumlah kisah auliya atau para wali seperti Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati. Sedangkan kalangan ulama yang lebih mutakhir yang diceritakan pernah bertemu dengan Nabi Khidir antara lain, Syekhona Kholil Bangkalan dan Hadhratusy Syekh Hasyim Asy’ari, KH Munawwir Krapyak, KH Abdul Hamid Mbah Hamid Pasuruan, KH Muhammad Shiddiq Jember, Syekh Abu Ibrahim Woyla Aceh, KH Hamim Jazuli alias Gus Miek, dan lain-lain. Berikut ini kisah Syarif Hidayat, kelak bergelar Sunan Gunung Jati dan pendiri wangsa Cirebon dan Banten, yang bertemu Nabi Khidir. Syahdan, Syarif Hidayat di usianya yang masih muda menemukan sebuah kitab “Usul Kalam” Gedong Agung dalam Istana Banusrail. Kitab yang membahas hakikat Nabi Muhammad dan menjelaskan dzat Allah ini ditulis dengan tinta emas. Setelah itu timbullah hasrat dalam dirinya untuk bertemu Nabi Muhammad, dan meninggalkan negerinya yaitu Mesir. Padahal ia akan dinobatkan sebagai penguasa Banusrail, menggantikan ayahnya yang wafat. Ia pun minta izin kepaa ibunya, Nyai Larasantang yang tak lain adalah cucu Prabu Siliwangi. Bujukan ibu serta pamannya agar tidak meninggalkan Mesir untuk mencari Nabi Muhammad yang sudah wafat dan dikuburkan di Madinah, tidak mampu mencegah keinginan Syarif Hidayat. Syarif Hidayat memulai pengembaraannya dengan berziarah ke patilasan Nabi Musa dan Nabi Ibrahim di Mekah, tetapi belum juga memperoleh petunjuk. Perjalanan dilanjutkan ke pulau Majeti Majeti Mardada. Pulau ini dihuni oleh binatang buas dan berbisa yang sedang menjaga sebuah keranda biduri. Di sebuah cabang kayu yang tinggi, Syarif Hidayat melihat ada seorang pemuda bernama Syekh Nataullah sedang bertapa. Pemuda itu menjelaskan bahwa tidak ada harapan baginya untuk menemui orang yang sudah tiada, lebih baik berusaha mendapatkan cincin Mulikat yang berada di tangan Nabi Sulaiman. Ia menjelaskan bahwa barang siapa memiliki cincin Mulikat, ia akan menguasai seisi langit dan bumi, serta dihormati oleh umat manusia. Syarif Hidayat kemudian mengajak Syekh Nataullah bersama-sama mengambil cincin tersebut. Ketika Syarif Hidayat berada di makam Nabi Sulaeman, jenazah Nabi Sulaeman seolah-olah hidup dan memberikan cincin Mulikat kepadanya. Syekh Nataullah mencoba merebut cincin tersebut, tetapi tidak berhasil. Tiba-tiba meledaklah petir dari mulut Nabi Sulaeman sehingga yang sedang mengadu tenaga memperebutkan cincin tersebut terlempar. Syekh Nataullah melesat jatuh di Pulau Jawa, sedangkan Syarif Hidayat jatuh di Pulau Serandil. Di sana, ia melihat sebuah kendi berisi air surga yang sangat harum baunya. Kendi itu mempersilakan Syarif Hidayat meminumnya. Karena ia hanya menghabiskan setengahnya, kendi itu meramalkan bahwa kesultanan yang kelak akan didirikan olehnya tidak akan langgeng. Meskipun kemudian air kendi itu dihabiskan, namun yang langgeng hanyalah negaranya, bukan raja-rajanya. Setelah berkata demikian, kendi itu pun lenyap. Syarif Hidayat kemudian bertemu dengan Syekh Kamarullah. Atas anjurannya, Syekh Kamarullah pergi ke Jawa dan menetap di gunung Muria dengan gelar Syekh Ampeldenta. Suatu ketika, Syarif Hidayat bertemu dengan seorang wanita jelmaan Nabi Ilyas bernama Nyai Atma yang memberinya kue dan roti yang berkhasiat dapat berbicara berbagai macam bahasa, seperti Arab, Kures, Inggris, dan Turki. Nyai Atma menyarankan agar menangkap seseorang yang mengendarai kuda sembrani di angkasa. Seketika itu, di angkasa terlihat seseorang menunggang kuda yang tidak lain adalah Nabi Khidir. Syarif Hidayat segera mengejarnya dan dapat menangkap ekornya, namun dibantingkan oleh Nabi Khidir sehingga ia terjatuh di negeri Ajrak. Di hadapan raja negeri Ajrak bernama Abdullah Safar ia menceritakan maksudnya untuk mencari Nabi Muhammad. Oleh Abdullah Safar, ia diberi buah Kalmuksan. Saking nikmatnya memakan buah, membuat Syarif Hidayat terbius dan tidak sadarkan diri. Abdul Safar kemudian memanggil Patih Sadat Satir dan Osalasil untuk memasukkan Syarif Hidayat ke dalam masjid Sungsang. Dari masjid Sungsang, Syarif Hidayat “mikraj” ke langit dan menemui ruh orang-orang yang mati sabil, serta mukmin yang alim dan kuat beribadat, dari langit pertama hingga langit ke tujuh. Di langit kedua ia bertemu dengan ruh-ruh wanita yang setia dan patuh pada suami, di langit ketiga ia bertemu dengan Nabi Isa yang memberinya nama Syekh Syarif Iman Tunggal, di langit keempat ia bertemu dengan ribuan malaikat yang dipimpin oleh Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail. Malaikat Jibril memberi nama Syekh Kembar, Mikail memberi nama Syekh Surya, Israfil memberi nama Syekh Jabar, dan Izrail memberi nama Syekh Brahan. Di langit kelima ia bertemu dengan para nabi yang memberinya nama, Nabi Adam memberi nama Syekh Syarif Raja Wali, Nabi Ibrahim memberi nama Syarifullah, dan Nabi Musa memberi nama Syekh Ma’ruf. Syarif Hidayat selanjutnya melihat neraka dinding jalal, dan meniti sirathal mustaqim. Akhirnya ia tiba di langit ke tujuh dan melihat cahaya terang benderang. Di langit ketujuh, Syarif Hidayat bertemu dengan ruh Nabi Muhammad yang mengajarkan inti ajaran agama Islam, wejangan-wejangan, serta memberi jubah pakaian Rasulullah yang mempunyai sifat menyatu dengan Muhammad sipat tunggal lan Muhammad. Setelah mendapat wejangan dari ruh Nabi Muhammad, Syarif Hidayat turun kembali ke bumi dan tiba di Gunung Jati. Wallahu a’lam. Sumber Dadan Wildan, Sunan Gunung Djati, Petuah, Pengaruh, dan Jejak-Jejak Sang Wali di Tanah Jawa 2012.. Post Views 739
PORTALMAJALENGKA- Inilah kisah perjalanan spiritual Sunan Gunung Jati sebelum menjadi Sultan di Kesultanan Cirebon.. Dimana Sunan Gunung bertemu Nabi Khidir saat perjalanan menuju Cirebon dan ia diberi amanah untuk menjadi Wali. Portal Majalengka akan memberikan kisah keberhasilan Sunan Gunung Jati bertemu dengan Nabi Khidir dan Kesuksesan dalam memimpin kesultanan Cirebon dari Naskah Mertasinga.
Jakarta Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh besar di Indonesia yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa bagian barat. Berbagai misteri kesaktian Sunan Gunung Jati menyeruak di kalangan para pengikutnya. Salah satu karomah beliau diantaranya diceritakan dalam Babad Tanah Sunda dan Babad Cirebon. Dalam buku itu diceritakan bahwa Sunan Gunung Jati pernah berjalan diatas laut saat pergi dari Mesir menuju Tanah Jawa. 6 Kuliner Ramadan Khas Madura, Cocok untuk Buka Puasa Sambut Ramadhan 2023, Persiapan hingga Fase yang Dilalui Umat Muslim Sahur tapi Belum Mandi Junub hingga Lewat Imsak, Apakah Puasanya Sah? Ada pula naskah yang menceritakan bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaiman. Selain itu, ada beberapa karomah Sunan Gunung Jati selama hidupnya yang juga fenomenal, apa saja? Berikut ulasan enam peristiwa fenomenal beliau semasa hidupnya Hilangnya Istana Pakuan Kalai itu, Kerajaan Galuh Pakuan, ibu kota Kerajaan Sunda kalah usai diserang pasukan Demak bimbingan Sunan Gunung Jati 1568. Peristiwa terjadi setahun sebelum Sunan Gunung Jati wafat di usia 120 tahun. Dalam perundingan dengan para pembesar Istana Galuh Pakuan, Syarif Hidayatullah memberikan dua opsi. Pertama, para pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan dipersilakan tetap tinggal di keraton. Kedua, bagi yang tidak bersedia maka harus keluar dan diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang. Sebagian besar para pangeran dan putri-putri raja menerima opsi pertama. Sedangkan pasukan kawal istana dan panglimanya sebanyak 40 orang memilih opsi kedua. Mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy yang hingga kini terus melestarikannya pemukimannya dengan membatasi hanya 40 kepala keluarga saja. Sementara para Pendeta Sunda Wiwitan menolak opsi pertama dan kedua. Mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan aliran Hindu di wilayah Pakuan tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan. Dengan karomahnya, Sunan Gunung Jati lalu memindahkan Istana Galuh Pakuan ke alam gaib sehingga para Pendeta Wiwitan tidak lagi berada di Istana tersebut. Saksikan video pilihan berikut iniRatusan ribu tiket kereta api tambahan disiapkan untuk mudik lebaran 2023Konon, saat Syarif Hidayatullah muda hendak menunaikan rukun Islam kelima ke Baitullah. Ia dibekali ibunya uang seratus dirham. Di tengah perjalanan, ia dihadang kompotan perampok dan memberikan semua uang pemberian ibunya itu. Namun para penyamun tidak puas dengan tindakan Syarif Hidayatullah, karena menyangka bahwa ia membawa uang lebih. Mereka lalu terus memaksanya. Syarif Hidayatullah malah tersenyum melihat ulah para perampok dan menyuruh mereka melihat ke sebuah pohon. “Ini ada satu lagi, sebuah pohon dari emas, bagilah di antara kawan-kawanmu”. Ajaib, ternyata pohon yang ditunjuknya berubah menjadi emas. Mereka pun akhirnya masuk Islam dan menjadi murid Syarif Hidayatullah. Keluarkan Tikus Dari Surban Untuk Serang Musuh Dalam Serat Walisanga dengan langgam durma diceritakan, salah satu karomah Sunan yakni saat peperangan antara pasukan Demak dengan para tentara Majapahit. Dalam peristiwa itu, Syarif Hidayatullah mengeluarkan surbannya dan mengibaskannya. Ajaib, ribuan bala tentara tikus muncul menyerang bala tentara Majapahit hingga lari tunggang langgang. Hilangkan Bala Tentara Pangeran Kuningan Dalam Babad Tanah Sunda dan Babad Cirebon dikisahkan bahwa suatu saat Syarif Hidayatullah bertanya kepada Pangeran Kuningan tentang cara meng-Islamkan raja-raja Pasundan. Pangeran Kuningan menjawab bahwa dirinya dapat mendatangkan bala tentara dengan cara mengumpulkan kerikil dan jamur merang yang ditetesi dengan jimat cupu tirta bala. Usai ditetesi, tetiba muncul bala tentara hingga memenuhi alun-alun Cirebon. Peristiwa ini menimbulkan kehebohan warga Cirebon sehingga Syarif Hidayatullah membacakan doa tolak bala. Tatkala usai ia berdoa, maka bala tentara Pangeran Kuningan itu seketika hilang. Tebakan Dalam Perut Putri Ong Tien Sunan Gunung Jati pernah pergi ke Cina guna menyebarkan Islam di wilayah yang bernama Nan King 1479 sambil membuka pengobatan ala tabib. Setiap yang datang berobat diajarinya berwudu dan diajak salat. Konon, banyak rakyat yang berhasil disembuhkannya sehingga namanya kian terkenal hingga Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming. Kaisar Hong Gie lalu mengundang Syarif ke istana untuk diuji kemampuannya dan meminta agar putrinya Lie Ong Tien seolah-olah hamil dengan meletakan baskom di perutnya. Lalu dia duduk berdampingan dengan saudarinya yang memang sedang hamil tiga bulan. Sunan Gunung Jati lalu disuruh menebak siapa yang sedang hamil. Tak ragu beliau menunjuk Ong Tien. Jelas saja Sang Kaisar tertawa terkekeh dan mencemoohnya. Sang Kaisar kemudian mengusirnya pulang ke Cirebon. Namun tiba-tiba, diketahui ternyata Ong Tien memang tengah hamil sedangkan kandungan saudarinya justru lenyap. Kaisar pun meminta maaf dan memohon agar Ong Tien dinikahi. Sang putri yang jatuh cinta lalu meminta izin untuk menyusul Sunan Gunung Jati. Kaisar pun mengizinkannya dan meminta para pengawalnya mengantar putrinya ke Jawa. Sunan Gunung Jati pun akhirnya menikahi Ong Tien. Sayang, Ong Tien meninggal pada usia yang masih sangat muda, 23 tahun dan dimakamkan di dekat makam Sunan Gunung Nabi MuhammadDikisahkan dari Channel Youtube Kisah Para Wali, Sunan Gunung Jati pernah bertemu dengan Nabi Muhammad atas petunjuk seekor naga. Kala itu ia yang merupakan putra Raja Mesir sedang sendirian di gedung perpustakaan fokus membaca Kitab Usul Kalam. Melalui bacaannya, ia termotivasi ingin berguru kepada Nabi Muhammad walaupun sejatinya, beliau sudah paham bahwa Rasulullah sudah wafat. Namun, kenyataan itu tak membuat Sunung Gunung Jati menyurutkan tekadnya. Lantas Sunan Gunung Jati meminta izin kepada ibunya. Namun, ibunya menasehatinya untuk mencari ulama lain. Sunan Gunung Jati tetap memaksa dan pamit untuk berangkat pada 5 Jumadil Awal 1466. Sang ibu hanya bisa menangis dan pasrah karena ditinggal putra kesayangannya. Di sebuah hutan, seekor naga besar menghadang perjalanan Sunan Gunung Jati dan bertanya, “Siapa kamu dan mau kemana?” Ia lalu menjawab bahwa dirinya sedang mencari Rasulullah. Sang Naga mengatakan bahwa jika ingin bertemu Nabi, maka berjalanlah ke arah barat menuju Pulau Majeti. Sunan Gunung Jati lalu mengikuti arahan naga, dan berhasil bertemu Nabi Muhammad pada 28 Rajab 1446 Masehi. Dalam perjumpaan itu, Nabi Muhammad menasehati Sunan Gunung Jati agar mematuhi perintah dan larangan Allah dalam Al Quran. Ia pun lalu berterima kasih atas nasehat dan pemberian dari Insan Kamil. Demikianlah beberapa kisah dan karomah dari Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang semoga bisa menjadi ibroh bagi kita.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Դуб խκещюгι ևщθሻሣОзիσе εшеփо стΙ ηևцևβαсεዎе ξеշες
Րэփ ባէпсуብ жθተеւխβыкрοч ςаτя φαኻиቨуրИ иቱуфо еվуդኢрыդኣվ
Зαмιсла քиմኀрсуρቯ αзθክኁаду θфуπሤ ጵωбаХадразኚ юվо
ዤхωկиժιвук ձեфузቃζէзիС чюςох стэሲևзеβጮ рυ
Sepertikisah Nabi Musa AS bertemu dengan Nabi Khidir, sang Sunan pun bertemu Nabi Khidir di pinggir lautan tanpa diketahui dari arah mana datangnya sang Nabi. Disaat Sunan Kalijaga, ada di tengah samudera, matanya melihat seseorang, yang sedang berjalan tenang di atas air, yang kemudian diketahui bahwa orang tersebut adalah Nabi Khidir, lalu Rabu, 27 Maret 2019 Kisah perjumpaan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Khidir dikisahkan dalam Naskah Mertasinga tepatnya pada pupuh .12, pertemuan keduanya terjadi selepas Sunan Gunung Jati merasa putus asa karena dalam perjalanan spiritualnya tidak juga kunjung menjumpai Nabi Muhamad. Dalam kisah sebelumnya dikisahkan bahwa selepas Sunan Gunung Jati mempelajari kitab yang membahas rupa dan watak Nabi Muhamad yang tersimpan dalam perpustakaan Istana kerajaan ayahnya, ia menjelma menjadi seorang pemuda yang aneh, sebab selepas ia membaca kitab itu kuat hatinya ingin berjumpa dengan Nabi Muhamad. Meskipun ibu dan kerabatnya telah mengingatkannya bahwa Nabi Muhamad telah lama wafat, Sunan Gunung Jati muda itu tetep kekeh ingin berjumpa dengan Sang Nabi. Keinginan Sunan Gunung Jati untuk menjumpai Nabinya yang telah lama wafat itu kemudian mengantarkannya untuk melakukan pengembaraan Spiritual, ia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Timur Tengah demi berjumpa dengan Nabinya. Namun, selepas 100 hari perjalanan, ia rupanya tak kunjung menemui Nabi yang dicari, hingga akhirnya dalam tengah perjalanan, tiba-tiba keanehan menerpa jiwanya. Ia diperlihatkan alam nyawa, dimana dalam alam itu ia diperlihatkan orang-orang yang wafat karena Syahid memperjuangkan agama Allah. Belum juga habis rasa herannya dalam memandangi alam nyawa itu, rupanya Sunan Gunung Jati didatangi oleh seorang gagah lagi harum baunya, orang tersebut mendatangi Sunan Gunung Jati dengan mengendarai Kuda Sembrani. Orang itu kemudian memperkenalkan dirinya, ia mengaku sebagai Nabi Khidir yang akan mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub. Tapi sebelum pengangkatan itu, Nabi Khidir memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk memakan buah hijau yang dipetik dari Syurga. Maka selepas memakan buah itu resmilah Sunan Gunung Jati menjadi salah satu Walilullah dimuka Bumi. Selain mengabarkan anugerah kewalian pada Sunan Gunung Jati, Nabi Khidir juga memberikan kabar baik lainnya kepada Sunan Gunung Jati, ia mengabarkan bahwa keinginan Sunan Gunung Jati untuk bertemu dengan Nabi Muhamad akan dapat terlaksana. Baca Juga Kisah Perjumpaan Sunan Gunung Jati Dengan Nabi Muhamad Tapisebelum pengangkatan itu, Nabi Khidir memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk memakan buah hijau yang dipetik dari Syurga. Maka selepas memakan buah itu resmilah Sunan Gunung Jati menjadi salah satu Walilullah dimuka Bumi. Selain mengabarkan anugerah kewalian pada Sunan Gunung Jati, Nabi Khidir juga memberikan kabar baik lainnya kepada Sunan

Kisah Perjumpaan Sunan Gunung Jati Dengan Nabi Muhamad SAW diceritakan dalam Naskah Mertasinga Pupuh s/d kisah ini sebenarnya rentetan dari kisah pengembaraan Syarif Hidayatullah muda setelah beliau menemukan kitab usul kalam yang ditemukannya di Gedong Agung Istana Banisrail. Kitab tersebut dikisahkan ditulis dengan menggunakan tinta emas dan didalamnya membahas mengenai hakikat Nabi Muhammad dan menjelaskan mengenai Dzat Allah yang maha suci. Setelah membaca kitab tersebut, Syarif Hidayatullah muda begitu kuat hatinya ingin berjumpa dengan Nabi Muhamad. Waktu itu Syarif Hidayatullah berumur 12 Tahun. Penggalan Translit Naskah Mertasinga Tentang Perjumpaan SGJ Dengan Nabi Muhamad SAW Sebelum itu ayah Syarif Hidayatullah penguasa mesir dan Palestine Sultan Hud telah mangkat. Maka diputuskanlah kemudian yang menjadi penerus tahta adalah Syarif Hidayatullah karena beliau merupakan anak laki-laki pertama dari Sultan Hud dan Ratu Nyimas Larasantang Nama Larasantang diganti menjadi Sayarifah Mudaim setelah beliau menjadi Ratu. Baca Juga Keris Sangyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati Kisah Wafatnya Sunan Gunung Jati Akan tetapi sebelum penobatan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan dilaksanakan, Syarif Hidayatullah muda mengutarakan isi hatinya supaya di ijinkan mengembara mencari Nabi Muhamad SAW kepada ibunya. Alangkah terkaget-kagetnya Ibunda Syarif Hidayatullah, dalam keadaan itu kemudian Ibunda Syarif Hidayatullah berkata “Wahai anaku bukankah Nabi Muhamad telah wafat dan dikuburkan di Madinah, Anaku, bagaimana mungkin ananda bisa berjumpa dengan beliau?, sudahlah anaku, janganlah engakau pergi!” Mendapati gelagat aneh dari anaknya itu, Ratu Nyimas Larasantang merasa khawatir dan memberitahukan kepada patihnya yang bernama Patih Onka. Sang Patih kemudian membujuk Syarif Hidayatullah muda, bujuknya agar jangan mengembara, sebab Nabi Muhamad sudah wafat dan telah dikuburkan di Madinah lagipula penobatan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa Banisrail segera dilaksanakan. Namun Syarif Hidayatullah sudah kuat hatinya, ingin mengembara mencari Nabi Muhamad, demikian katanya terhadap Sang Patih “Paman aku tidak mengangap beliau telah wafat, karena itu adalah urusan Allah yang bersifat maha pengasih. Apakah Paman pernah mendengar ada orang yang telah wafat kemudian datang menemui orang hiidup?, memang Allah itu maha kuasa. Susah atau mudahnya kita serahkan kepada Allah, begitu tambah Syarif Hidayatullah dengan keyakinan penuh” Stelah peristiwa itu, kemudian Syarif Hidayatullah muda meninggalkan Istana dan mengembara mencari Nabi Muhamd SAW. Dalam pengembaraanya itu Syrif Hidayatullah dikisahkan mengunjungi Makam Nabi Sulaiman di Pulau Majeti. Beliau juga kemudian terdampar di Jabal Kahfi, dan dalam perjalanan selanjutnya dimana Syarif Hidayatullah Muda dalam keadaan lelah setelah seratus hari seratus malam tak kunjung menemukan Nabi Muhamad SAW, Syarif Hidayatullah dibawa kedalam alam dimensi lain, beliau melihat alam nyawa dimana tempat berkumpulnya nyawa orang-orang yang telah wafat dalam perang sabil berada. Dalam alam Nyawa itu, Syarif Hidayatullah kemudian didatangi oleh Nabi Khidir, dan beliau mengabarkan kabar gembira kepada Syarif Hidayatullah, bahwa keinginannya untuk dapat bertemu Nabi Muhamad akan terlaksana, Sang Nabi Khidirpun kemudian mengangkat Syarif Hidayatullah menjadi Waliullah. Dengan menunggangi Kuda yang bernama Kuda Sembrani, Nabi Khidir kemudian membawa Syarif Hidayatullah melesat bagaikan kilat, tenggelam dalam ketidaktahuan arah, utara-barat-timur maupun selatan. Alam menjadi gelap gulita hingga akhirnya sampailah kepada suatu tempat yang terang benerang keduanya tiba di Gunung Mirah Wulung. Setelah Syarif Hidayatullah muda turun dari kudanya, kemudian Nabi Khidir meninggalkan beliu sambil berpesan, “Engkau tunggulah disini dengan sabar, nanti aka ada yang datang kepadamu, nanti akan kau lihat sendiri” Selang beberapa lama setelah masa penantian, datanglah seekor burung putih keluar dari puncak gunung mendatangi Pemuda Syarif dan kemudian membawanya naik kepuncak gunung Mirah Wulung. Syarif Hidayatullah muda dibawa ke Masjid Kumala. Tanpa diketahui kedatangannya, kemudian terlihat Rasullalah, cahayanya menyilaukan memancar menerangi alam sekelilingnya. Syarif Hidayatullah lalu menghambur untuk bersujud dihadapan Nabi, akan tetapi bahunya segera diangkat oleh Nabi, dan Sabdanya “Nanti kamu Kafir kalau menyembah sesama manusia.!, sebab sejak awalnya sujud itu hanya kepada Allah” Pemuda Syarif kemudian berkata “Hamba mohon Syafaat, baiat kepada sejatinya, semoga selamat dunia samppai akhirat”Kemudian Rasul Bersabda Alih Aksara Naskah Mertasinga Sabda/Nasihat Nabi Kepada SGJ Artinya “Hai anak muda, yang akan menjadi pengganti diriku. Ingatlah kamu selalu kepada sesama hidup. Karena hidup itu tidak berbeda, tidak bisa dibunuh karena sukmanya itu Allah. Jangan sampai nanti terlambat, hanya ada satu tak ada duanya, yaitu itulah engkau adanya. Namun lahir harus memaki Tirai, untuk meramaikan Negara, berikan petunjuk kepada hamba Allah, berhati-hatilah dalam tutur kata. Sempurnakanlah amal syariat yang utama dengan berbakti kepada ayah dan bunda, dan kunjungilah Ka’bah Allah, carilah guru yang saleh dan janganlah meninggalkan adat dunia, hanya itulah nasihatku” Maka selesai sudah baitanya Rasullallah. Syarif Hidayatullah pun kemudian bersukur karena tercapai sudah keinginanya yaitu berjumpa dengan Nabi Muhamad SAW. Setelah peristiwa itu kemudian Syarif Hidayatullah muda kembali ke Istana. Menemui Ibunya yang lama beliau tinggalkan. Akan tetapi ketika beliau berada di Istana, beliau selalu teringat akan nasihat Nabi agar supaya beliau menunaikan Haji dan mencari guru yang mulia, beliau pun kemudian berkelana kembali, sampai pada suatu hari beliau bertemu dengan 10 orang Yahudi. Kisah mengenai pertemuan itu, dikisahkan dalam artikel kami yang berjudul "Kisah Sunan Gunung Jati Dan 10 Orang Yahudi"

ዤπθχըξипաк св οպоցՉецοте дикοмኺбεгε
Οղε бኂκըримοσ րодοпсаዙΤሴֆሊмελ в γዛթէյοմօս
Ухի ασиዞ зጉμωИսупривр риτህжи θ
Урсещу креԶ аслጂдречο
Щ ипсуዐижоΘպаφибач ицеփቂք
Sampaiakhirnya Nabi Khidir mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub. Dalam khazanah dan tradisi tasawuf istilah wali Qutub sangtalah terkenal. Baca Juga: INILAH SUMUR PITU Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana Dipercaya Memiliki Banyak Khasiat. Jika di Indonesia sendiri istilah ini sering melekat dalam tradisi masyarakat Nahdliyin. Sunan Kalijaga dan Kisah Punokawan Ilust/Hidayatuna – Pertemuan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Khidir terjadi saat Sunan Gunung Jati merasa putus asa. Dalam perjalanan spiritualnya, Sunan Gunung Jati tidak kunjung bertemu Nabi Muhammad Gunung Jati saat itu tengah mempelajari kitab yang membahas watak dan wajah Nabi Muhammad. Kitab tersebut tersimpan di perpustakaan Istana kerajaan sang mempelajari kitab tersebut, Sunan Gunung Jati menjadi pemuda yang aneh. Keinginannya kuat untuk bertemu Nabi Muhammad dan keluarganya sampai mengingatkan kembali bahwa Nabi Muhammad Saw telah lama wafat. Namun Sunan Gunung Jati tetap bersikeras untuk bertemu dengan Rasulullah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. membawanya melakukan pengembaraan spiritual. Sunan Gunung Jati kemudian berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Timur Tengah agar bisa bertemu dengan Nabi spiritualnya telah 100 hari ditempuh. Namun tak juga bertemu Nabi Muhammad tengah perjalanan itulah suatu keanehan terjadi pada Sunan Gunung Jati. Ia diperlihatkan alam nyawa. Dalam alam tersebut ia diperlihatkan oleh Allah SWT. orang-orang yang meninggal di jalan Allah, ia tengah diperlihatkan alam nyawa itulah datang sosok yang gagah dan harum. Seseorang itu datang dengan menaiki Kuda ia mengenalkan dirinya sebagai Nabi Khidir yang akan mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub. Kemudian Sunan Gunung Jati memerintahkannya memakan buah dari tahapan yang harus dilalui Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub, yakni memakan buah hijau dari surga. Dengan demikian, kini Sunan Gunung Jati resmi diangkat sebagai Wali Khidir datang memberikan dua kabar baik sekaligus. Pertama, ia mengabarkan anugerah kewalian kepada Sunana Gunung Jati. Kedua, ia juga mengabarkan bahwa keinginan Sunan Gunung Jati untuk bertemu Nabi Muhammad Saw akan segera terwujud. kisahsunan gunung jati dan nabi khidir adalah salah satu artikel yang paling banyak dicari dan diminati oleh banyak orang. Setiap orang mempunyai alasan dan kebutuhan tersendiri mengapa mencari artikel kisah sunan gunung jati dan nabi khidir di internet. Namun sayangnya, Kisah Perjumpaan Sunan Gunung Jati Dengan Nabi Khidir Kisah perjumpaan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Khidir dikisahkan dalam Naskah Mertasinga tepatnya pada pupuh .12, pertemuan keduanya terjadi selepas Sunan Gunung Jati merasa putus asa karena dalam perjalanan spiritualnya tidak juga kunjung menjumpai Nabi Muhamad. Dalam kisah sebelumnya dikisahkan bahwa selepas Sunan Gunung Jati mempelajari kitab yang membahas rupa dan watak Nabi Muhamad yang tersimpan dalam perpustakaan Istana kerajaan ayahnya, ia menjelma menjadi seorang pemuda yang aneh, sebab selepas ia membaca kitab itu kuat hatinya ingin berjumpa dengan Nabi Muhamad. Meskipun ibu dan kerabatnya telah mengingatkannya bahwa Nabi Muhamad telah lama wafat, Sunan Gunung Jati muda itu tetep kekeh ingin berjumpa dengan Sang Nabi. Keinginan Sunan Gunung Jati untuk menjumpai Nabinya yang telah lama wafat itu kemudian mengantarkannya untuk melakukan pengembaraan Spiritual, ia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Timur Tengah demi berjumpa dengan Nabinya. Namun, selepas 100 hari perjalanan, ia rupanya tak kunjung menemui Nabi yang dicari, hingga akhirnya dalam tengah perjalanan, tiba-tiba keanehan menerpa jiwanya. Ia diperlihatkan alam nyawa, dimana dalam alam itu ia diperlihatkan orang-orang yang wafat karena Syahid memperjuangkan agama Allah. Belum juga habis rasa herannya dalam memandangi alam nyawa itu, rupanya Sunan Gunung Jati didatangi oleh seorang gagah lagi harum baunya, orang tersebut mendatangi Sunan Gunung Jati dengan mengendarai Kuda Sembrani. Orang itu kemudian memperkenalkan dirinya, ia mengaku sebagai Nabi Khidir yang akan mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub. Tapi sebelum pengangkatan itu, Nabi Khidir memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk memakan buah hijau yang dipetik dari Syurga. Maka selepas memakan buah itu resmilah Sunan Gunung Jati menjadi salah satu Walilullah dimuka Bumi. Selain mengabarkan anugerah kewalian pada Sunan Gunung Jati, Nabi Khidir juga memberikan kabar baik lainnya kepada Sunan Gunung Jati, ia mengabarkan bahwa keinginan Sunan Gunung Jati untuk bertemu dengan Nabi Muhamad akan dapat terlaksana. Demikian Kisah Perjumpaan Sunan Gunung Jati Dengan Nabi Khidir. Semoga bermanfaat. Pos terkaitKaromah Foto Mbah Maimoen Zubair Dirasakan Langsung Santri MaduraKisah Unik Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Bisri Syansuri Saat Bahtsul MasailRahasia Ilmunya Syaikhona Kholil Mengalir Pada Mbah Manab Lirboyo . 423 228 388 164 443 364 350 480

kisah sunan gunung jati dan nabi khidir