Angkatersebut diambil dari target capaian dari tahun 2017 hingga tahun 2019, dengan rincian : (1) Lulusan 1.775 SMK sejumlah 845.000 siswa yang akan dikerjasamakan dengan 355 perusahaan industri; (2) 162.000 orang peserta Diklat 3-in-1 (Pelatihan-Sertifikasi Kompetensi-Penempatan Kerja); (3) 15.552 orang lulusan dari program pendidikan reguler
Inilah Benefit Link and Match’ bagi Industri dan Pendidikan Jakarta, Ditjen Diksi - Program “link and match” yang kian digencarkan oleh Kemendikbud, sejatinya memang tidak hanya menguntungkan dunia pendidikan yang menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dengan industri. Sebaliknya, industri pun merasakan hal yang sama dengan mendapatkan tenaga kerja andal, sekaligus menghemat pengeluaran untuk menjaring SDM baru karena telah sesuai dengan kebutuhannya. “Keuntungan yang kita kejar dari link and match’ ini adalah kita membutuhkan tenaga kerja yang andal. Artinya, skill tenaga kerja ini sesuai dengan job desk-nya,” tutur Fajar Miftahul Falah, General Manajer PT Surya Energi Indotama SEI, dalam program “Aksi Kejuruan Indonesia Berbagi” yang diselenggarakan BBPPMPV BMTI yang ditayangkan melalui kanal Youtube P4TK BMTI Kemdikbud, Selasa 4/8. Fajar menambahkan, adapun keuntungan lain yang diharapkan adalah efisiensi biaya. Berdasarkan pengalaman selama 11 tahun berkiprah di dunia pembangkit listrik tenaga surya PLTS, PT SEI telah menghasilkan sekitar 500 lokasi PLTS yang tersebar di seluruh Indonesia, dan lebih banyak berada di luar Jawa dan daerah-daerah terpencil. Karenanya, akan lebih efisien jika tenaga kerja dapat direkrut dari lokasi terdekat sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan. Benefit selanjutnya adalah intangible asset, yakni khusus terhadap tenaga kerja yang sifatnya tetap untuk keberlangsungan perusahaan jangka panjang. Pasalnya, PT SEI juga membutuhkan aset-aset perusahaan, misalnya untuk regenerasi dan mengisi posisi manajerial. Benefit atau keuntungan inilah yang diharapkan industri dari dunia pendidikan. Di samping itu, Fajar juga meyakini pendidikan turut mendapatkan benefit. Pertama, yaitu adanya kesesuaian program yang diajarkan apabila dapat bersinergi dengan kebutuhan industri. Lalu kedua adalah keterserapan lulusan. Artinya, jika program “link and match” berjalan dengan baik, maka tidak akan ada lagi gap antara lulusan pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja. Adapun yang terakhir adalah pengembangan, seperti pengembangan dalam materi ajar yang bisa disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan industri. PT SEI yang merupakan anak perusahaan dari LEN Group juga sudah melakukan kerja sama di bidang SDM. Yang pertama dengan SMA/SMK melalui praktik kerja lapangan, magang, dan sharing yang lebih khusus ke tenaga pendidik. “Selain itu, apabila pihak SMA/SMK memiliki bentuk usulan lain, maka pihak PT SEI terbuka untuk membahas bersama,” imbuh Fajar. Kedua, yakni dengan kampus melalui kerja praktik, magang, skripsi atau tugas akhir, penelitian bersama, dan studium generale. Ketiga dengan Lembaga Inspeksi Teknik LIT dalam hal tempat uji kompetensi dan sarana training. Kemudian dengan pemerintah, yaitu sebagai tim penyusun standar kompetensi, program magang untuk ASN yang baru, dan menjadi narasumber. Adapun yang terakhir dengan rekanan melalui proses bisnis, seperti training dan pembekalan. Selain dari PT SEI, acara ini juga menghadirkan Yusuf Hendra Prakasa selaku Direktur PT Sistem Solusi Geospasial. Pada kesempatan tersebut, Yusuf mengenalkan produk LEICA DISTO D510, yaitu sebuah produk yang dapat mempermudah pekerjaan pengukuran jarak, volume, dan juga termasuk ukuran diagonal, serta memberikan efisiensi waktu dan tenaga dengan hasil ukuran yang tetap akurat. “Pada umumnya sudah banyak alat penentu jarak ini di pasaran. Tapi, bagaimana alat ini bisa memberikan kemanfaatan dalam pekerjaan di industri ini yang harusnya sudah mulai diperkenalkan ke pendidikan SMK, terutama untuk pemanfaatan sejauh mana teknologi itu menjawab aplikasi di lapangan,” terang Yusuf. Melalui program acara ini, Kepala BBPPMPV BMTI yang diwakili Koordinator Program dan Informasi I Gusti Made Ardana berharap, pihak satuan pendidikan ke depannya dapat menjalin kerja sama dengan industri yang telah dihadirkan dalam program tersebut. Sehingga, dapat bersama-sama melaksanakan hajat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, yaitu “link and match”. “Link and match" di sini tidak hanya sebatas MoU, tapi kita berharap nanti Bapak dan Ibu juga bisa bekerja sama dalam pengiriman siswa untuk magang di industri. Syukur-syukur nanti bisa ada beberapa industri yang merekrut lulusannya,” ujar I Gusti Made Ardana. Diksi/RA/AP/AS
TRIBUNJATENGCOM, SLAWI - Penyelarasan kurikulum pendidikan vokasi pada lembaga SMK untuk memperkuat link and match dengan dunia industri sangat diperlukan. Terlebih badai pandemi Covid-19 telah banyak mengubah lansekap ketenagakerjaan, mempercepat proses konversi tenaga kerja jasa dan industri menjadi lebih bergantung pada penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
- Direktur Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan PSPK Fiona Handayani menyoroti konsep link and match sekolah vokasi dengan dunia usaha, yang mana bahasan tersebut ramai pada debat cawapres kemarin. Menurutnya, vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan memang didesain untuk peserta didik langsung menuju dunia kerja."Pendidikan vokasi dengan demikian memang perlu dirancang agar lulusan siap masuk ke industri yang sudah spesifik sektornya, misalnya otomotif, komputer, dan sebagainya. Dan hal ini berbeda dengan tujuan penyelenggaraan sekolah menengah umum atau SMA," ujarnya pada Tirto, Selasa 19/3/2019.Sehingga menurutnya akan tidak relevan jika SMK digadang sebagai sekolah yang berorientasi kapitalisme karena diarahkan untuk mencetak tenaga kerja."Bagi industri, lulusan SMK menjadi sumber daya manusia yang sepatutnya siap untuk bekerja dan untuk siswa, SMK diharapkan dapat memberikan peluang kerja tanpa harus berinvestasi waktu dan biaya lagi untuk masuk ke perguran tinggi," Fiona, yang seharusnya diperhatikan justru pada metode pengajaran siswa SMK tersebut. Agar semata-mata tidak hanya disesuaikan untuk kebutuhan kerja di dunia industri para peserta didik tersebut, lanjutnya, perlu juga dibekali pemahaman akan pentingnya menjadi pembelajar sepanjang hayat atau lifelong learner. Para siswa tersebut harus didorong untuk terus meningkatkan dan memperbarui kompetensi dirinya sendiri dan tidak stagnan pada satu jenis bidang industri saja."Dengan demikian SMK tidak bisa lagi semata-mata fokus pada keterampilan menggunakan teknologi yang ada, yang bahkan mungkin tidak lagi digunakan di dunia industri. Tetapi harus membangun transferable skills termasuk kemampuan menjadi pembelajar sepanjang hayat tadi," link and match pendidikan dengan dunia usaha kembali menyeruak ke permukaan, setelah menjadi pembahasan pada debat ketiga antara calon wakil presiden Maaruf Amin dan Sandiaga Uno pada Minggu 17/3/2019 kemarin. Keduanya memiliki visi untuk meningkatkan sinergitas pendidikan dan dunia usaha untuk mengurangi jumlah pengangguran lulusan vokasi di juga Lulusan SMK Dinilai Belum Siap Hadapi Revolusi Industri CORE Jelaskan Alasan Pengangguran Tertinggi Didominasi Lulusan SMK - Pendidikan Reporter Alfian Putra AbdiPenulis Alfian Putra AbdiEditor Dewi Adhitya S. Koesno
Haltersebut dibuktikan dengan berjalannya program "link and match" secara nyata dan tuntas antara satuan pendidikan vokasi dengan DUDI. "Pasalnya, paket 8 + 1 sudah banyak diwujudkan oleh ribuan SMK serta ratusan perguruan tinggi vokasi (PTV) dan lembaga kursus dan ketrampilan (LKP)," ujar Wikan. Selain itu, tambah Wikan, terjadi
Medan - Sejak awal tahun 2017 hingga kini, pemerintah telah meluncurkan program pendidikan vokasi industri tahap IV dalam rangka membangun link and match antara SMK dengan industri. Berdasarkan hasil evaluasi, beberapa permasalahan masih ditemui pada SMK. "Pertama, kurikulum pendidikan yang digunakan belum mengakomodir kebutuhan kompetensi di industri dan masih bersifat broadbased, sementara industri membutuhkan kompetensi yang lebih spesialis," kata Menteri Perindustrian Menperin Airlangga Hartarto dalam peluncuran program vokasi tahap IV di Sugar Industri Medan, Kawasan Industri Medan KEM, Senin 2/10. Tantangan kedua kata Menperin, peralatan praktikum di SMK kurang memadai dari segi jumlah. Begitu pun teknologinya sangat tertinggal dari industri. Mengenai jumlah guru bidang studi produktif kata Menperin, masih sangat terbatas yakni hanya 22 persen dari jumlah guru SMK. "Mereka juga kurang memiliki pengalaman dalam hal praktik di industri," kata dia. Sebagai tindak lanjut peluncuran program pendidikan vokasi industri, Kemperin bersama Kemdikbud telah dilakukan penyelarasan kurikulum bersama SMK dengan industri untuk 34 program keahlian/jurusan terkait industri. Caranya memasukkan kompetensi keahlian yang dibutuhkan industri ke dalam mata pelajaran di SMK. Selain itu, telah disusun modul untuk materi pembelajaran tambahan sesuai kebutuhan industri sebanyak 25 program keahlian dengan melibatkan praktisi industri dan SMK. Sedangkan modul untuk 9 program keahlian tambahan dari SMK di Jawa Barat sedang dalam proses penyusunan. "Hasil penyelarasan kurikulum dan modul untuk 25 program keahlian tersebut telah kami sampaikan kepada Kemdikbud, Dinas Pendidikan dan SMK yang bersangkutan," kata dia Untuk penyediaan peralatan praktik minimum di SMK, Kementerian Perindustrian pada tahun ini telah merealokasi anggaran sebesar Rp 40 miliar, yang dialokasikan untuk 70 SMK dengan rata-rata nilai bantuan sebesar 500 juta per SMK. Kementerian Perindustrian Kemperin meluncurkan pendidikan vokasi tahap IV berbasis kompetensi dalam rangka membangun link and match antara SMK dengan industri di Sumatera bagian Utara. Sebelumnya hal serupa telah dilakukan di Jawa Timur tahap I, Jawa Barat tahap II dan Jawa Barat tahap III. Sumber Saksikan live streaming program-program BTV di sini Astra Resmikan Kampus Baru ASTRAtech, Kucurkan Dana hingga Rp 600 Miliar OTOTEKNO Kemenaker Kerja Sama Sertifikasi Profesi dengan Perason Vue dan Certiport EKONOMI Arsjad Rasjid Apresiasi Program Kurasi dan Vokasi Kadin Jatim EKONOMI Puan Minta Pemerintah Jembatani Lulusan SMK dengan Pelaku Industri NASIONAL Kemenaker Beberkan 8 Sarana Ciptakan Hubungan Industrial Harmonis EKONOMI Industri Manufaktur Unjuk Gigi di Jerman Lewat Hannover Messe EKONOMI
ImplementasiLink And Super Match. Muh Asri 29 September 2021. 0 147 2 menit baca. Bagikan. Hari ini, Rabu Tanggal 29 September 2021 merupakan program ke-2 dari 7 program pengembangan SMK Pusat Keunggulan yang telah dan akan dilaksanakan UPT SMKN PK 7 Pinrang sampai Bulan November ini. Kegiatan hari ini adalah Workshop Penjajakan dan Penguatan
17October 2021 10:00 AM. mengawinkan-sekolah-dan-industri-melalui-link-dan-supermatch. PENDIDIKAN merupakan salah satu tolok ukur kemajuan suatu negara. Negara yang maju akan dibarengi dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Dengan meningkatkan sistem pendidikan, sama artinya meningkatkan kualitas SDM suatu negara.
Jakarta- Kementerian Perindustrian menargetkan sebanyak 2.600 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 750 industri yang akan terlibat dalam program pendidikan vokasi link and match pada tahun 2019. Namun, hingga tahap kesepuluh peluncuran program ini, jumlah yang terlibat telah melampaui target dengan mencapai 2.612 SMK dan 899 industri.
. 24 327 188 454 149 115 110 222
link and match smk dengan dunia kerja